MAKALAH
CARA
KERJA ILMU-ILMU ALAM, SOSIAL-HUMANIORA, DAN AGAMA
Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas
Mata
Kuliah: Filsafat Ilmu
Dosen
Pengampu: Drs.
Usman, SS., M.Ag
Disusun
Oleh:
Prahesti
Surani
10411084
PAI-B
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa
ini semakin disadari bahwa memahami dan memecahkan masalah sudah tak bisa lagi
hanya didekati dari suatu sudut pandang saja, misalnya hanya dilihat dari
faktor sosiologis, atau relugius bahkan yang lainnya, melainkan harus dilihat
dari berbagai sudut pandang. Ini berarti suatu disiplin ilmu tidak bisa lagi
bekerja sendirian dalam memecahkan masalah, sebaliknya ia membutuhkan bantuan
dari disiplin-disiplin ilmu lainnya.
Ilmu
sendiri kedudukannya mendasar dalam kehidupan manusia. Hampir setiap aktivitas
manusia dikendalikan oleh ilmu. Perkembangan ilmu sendiri sangatlah pesat
mengiringi tingkat tuntunan kebutuhan manusia dari yang bersifat material,
teknis, kemanusiaan, kemasyarakatan, sampai yang bersifat spiritual dan religius.
Berdasarkan keragaman dan dinamika kebutuhan manusia ini, berkembanglah
disiplin-disiplin ilmu, yakni ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial humaniora, dan
ilmu-ilmu agama.
Ketiga
disiplin ilmu tersebut, terutama terkait dengan sifat kajiannya, memiliki
kekhasan epistimologi masing-masing. Kekhasan tersebut tergambar dalam
cara-cara kerja ilmu tersebut. Masing-masing disiplin ilmu ini mempunyai cara
kerja yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Berikut
ini akan dibahas cara-cara kerja khas dariketiga disiplin ilmu tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian Filsafat Ilmu dan Ilmu Pengetahuan?
2. Apa
pengertian Ilmu Pengetahuan Alam dan bagaimana cara kerjanya?
3. Apa
pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial-Humaniora dan bagaimana cara kerjanya?
4. Apa
pengertian Ilmu Pengetahuan Agama dan bagaimana cara kerjanya?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Mengetahui
pengertian Filsafat Ilmu dan Ilmu Pengetahuan.
2. Mengetahui
pengertian dan cara kerja Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Mengetahui
pengertian dan cara kerja Ilmu Pengetahuan Sosial-Humaniora.
4. Mengetahui
pengertian dan cara kerja Ilmu Pengetahuan Agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Filsafat
Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
1.
Pengertian
Filsafat Ilmu
Filsafat
ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut
epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang
berarti knowledge, pengetahuan dan logos
yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier
tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on
= being, wujud, apa + logos = teori ), ontology ( teori tentang apa).
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai
dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti
bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun yang tergolong
ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu
akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian
rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis,
dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga
memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan.
Sedang
pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini
berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik
yang telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh
secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu
(oleh nabi).
2.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekedar
pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Pengertian ilmu
menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1.
Ashley Montagu menyebutkan bahwa
“Science is a systemized knowledge services form observation, study, and
experimentation carried on under determine the nature of principles of what
being studied.” (ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu
system yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan
hakikat dan prinsip hal yang sedang dipelajari).
2.
Harold H. titus
mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common science yang diatur dan
diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau
peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan
kritis).
3.
Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap
ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan
masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun
menurut bangunannya dari dalam.”
4.
Drs. H. Ali As’ad dalam buku Ta’limul
Muta’allim menafsirkan ilmu sebagai :
“Ilmu adalah suatu sifat yang kalau dimiliki oleh seorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya”
“Ilmu adalah suatu sifat yang kalau dimiliki oleh seorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya”
Pengetahuan
adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru
dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma
masakan tersebut.
Dari
definisi diatas makan dapat dikatakan Ilmu pengetahuan secara etimologi
merupakan kata bentukan yang berasal dari 2 kata yaitu ilmu dan pengetahuan.
Ilmu adalah suatu hasil darti proses kerja otak, sedangkan pengetahuan yang
berkata dasar tahu artinya sadar/insaf dengan penambahan afiksasi pe-an (
pengetahuan) menjadi kata benda artinya kumpulan dari hasil kesadaran manusia
terhadap sesuatu. Misalnya kesadaran manusia terhadap fenomena alam maka muncul
Ilmu alam, kesadaran manusia terhadap fenomena sosial maka muncul ilmu sosial,
kesadaran manusia terhadap fenomena kebudayaan maka muncul ilmu budaya dan lain
sebagainya.
B.
Ilmu
Pengetahuan Alam
1.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu alam (bahasa
Inggris: natural science;
atau ilmu pengetahuan alam)
adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan
hukum-hukum yang pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun.
Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah
pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan
pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah
kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.
"Real Science is both product and process, inseparably Joint" (Agus.
S. 2003: 11)
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang
ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik
yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk
kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia
tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu
terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni.
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan
sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam
ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali
"ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode
ilmiah, berbeda dengan filsafat
alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara
umum di mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa
disingkat IPA).
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat
obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti.
Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini
istilah "ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok
dalam pengertian sehari-hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat
menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).
Ilmu alam adalah ilmu yang membahas tentang
gejala-gejala alam (gejala alam yang tidak hidup). Sifat ilmu alam adalah
empiris, artinya gejala alam itu dianggap sebagai fenomena yang dapat
dibuktikan secara indrawi, dan konkret.
2.
Kedudukan
Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu
berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang
utama yaitu filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the
natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang ke dalam
ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua
kelompok yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological
sciences) (Jujun. S. 2003). Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat yang
membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup di
dalamnya. Ilmu alam kemudian bercabang lagi menjadi fisika (mempelajari massa
dan energi), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari
benda-benda langit dan ilmu bumi (the earth sciences) yang mempelajari bumi
kita.
3.
Cabang
Ilmu Pengetahuan Alam
Cabang-cabang
utama dari ilmu alam adalah:
·
Astronomi
ialah cabang ilmu alam yang melibatkan
pengamatan benda-benda
langit (seperti halnya bintang,
planet,
komet,
nebula,
gugus bintang,
atau galaksi)
serta fenomena-fenomena
alam yang terjadi di luar atmosfer
Bumi
(misalnya radiasi
latar belakang kosmik (radiasi CMB)).
·
Biologi
ialah ilmu
yang mempelajari aspek fisik kehidupan.
Istilah "biologi" dipinjam dari bahasa
Belanda, biologie, yang juga diturunkan dari
gabungan kata bahasa Yunani,
βίος, bios ("hidup") dan λόγος,logos
("lambang", "ilmu"). Istilah "ilmu hayat"
dipinjam dari bahasa Arab, juga berarti
"ilmu kehidupan". Obyek kajian biologi pada masa
kini sangat luas dan mencakup semua makhluk
hidup dalam berbagai aspek kehidupannya.
·
Ekologi
ialah ilmu
yang mempelajari interaksi antara organisme
dengan lingkungannya dan yang lainnya.
Berasal dari kata Yunani oikos
("habitat") dan logos ("ilmu"). Ekologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun
interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.
·
Fisika
ialah adalah sains atau ilmu tentang alam
dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi
dalam lingkup ruang
dan waktu.
·
Geologi
ialah Ilmu
(sains)
yang mempelajari bumi,
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya.
·
Geografi
fisik berbasis ilmu ialah ilmu
yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi)
keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi.
·
Kimia
ialah ilmu
yang mempelajari mengenai komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi
dari skala atom
hingga molekul
serta perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi
yang ditemukan sehari-hari.
4.
Cara
Kerja Ilmu Pengetahuan Alam
Cara Kerja ilmu alam dapat terlihat dari tiga
contoh proses yang terdiri dari langkah-langkah pengamatan, percobaan, dan
penentuan. Ketiga contoh tersebut dapat diamati dalam rangka sejarah
penemuannya (context of discovery), dan dalam rangka upaya pembenaranya ( context
of justification).
a. Hipotesa
Hipotesa berfungsi untuk
merumuskan suatu pemikiran agar menjadi hasil yang mendekati kebenaran nyata
atau kesempurnaan hasil pengamatan dan percobaan. Secara analisis tertulis
dapat menggunakan rumus silogisme yang telah dipelajari.
b. Perluasan
dan Perincian Hipotesa
Untuk membuktikan kesempurnaan
hipotesis, maka harus diperluas dengan mencari kemungkinan lain agar tidak
dikatakan salah. Kemudian disimpulkan kembali dengan perincian atau dimurnikan,
contohnya hipotesa Kopernikus, yaitu planet-planet mengitari matehari secara
lingkaran” diubah menjadi “....secara elipsa”.
c. Dari
Hipotesa Menuju Hukum Alam
Walaupun para ilmuan menganggap
hal ini kurang empiris, namun hasil hipotesa yang ada dapat dikatakan sebagai
hukum alam pada aspek-aspek yang natural, seperti atmosfer, perputaran bumi,
suhu, dan lain-lain.
d. Dari Hukum
Alam Menuju Teori Ilmiah
Setelah melalui pembuktian
teknologi atau dengan ilmu bumi maupun metereologi atau ilmu-ilmu lainya, maka
hasil yang awalnya hanya pemikiran dan mampu sampai pada hukum alam, dapat
menjadi teori ilmiah bila lulus uji percobaan dan dapat bersifat statis, kecuali
setelah ada pembuktian baru. Maka hasil pemikiran tersebut dapat berfungsi
sebagai kajian para pemikir selanjutnya.
Dalam sejarah perkembangan
ilmu-ilmu, ilmu alam berkembang lebih awal dan pesat. Sejak di Yunani Kuno,
sebelum filsafat muncul sebagai tradisi keilmuan baru, ilmu fisika, matematika,
kimia dan astronomi telah lama menjadi perbincangan di antara pecinta ilmu. Hal
ini wajar jika ditilik dari segi kedekatan hubungan manusia dengan dunia yang
sifatnya fisikal dan material yang secara langsung mudah diamati dan diukur.
Selain itu, manfaatnya yang bersifat praktis dan langsung bias dirasakan,
seperti penemuan sepeda oleh orang yang menggunakannya. Manfaat itu bias
dirasakan meski dilakukan dalam waktu yang berbeda. Ilmu-ilmu alam sudah barang
tentu sangat penting bagi kehidupan manusia terutama untuk pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan material dan praktis manusia.
Dilihat dari sifat objeknya, cara
kerja ilmu alam bisa dirangkum dalam prinsip-prinsip seperti berikut:
a.
Gejala Alam Bersifat Fisik-statis
Seperti diperlihatkan dari segi
namanya, ilmu-ilmu alam berkaitan dengan gejala-gejala alam. Ahli ilmu-ilmu
alam berhubungan dengan gejala-gejala alam yang sifatnya fisik yang teramati
dan terukur. Dari sifat tersebut, gejala-gajala alam memiliki sifat statis atau
tetap dari waktu ke waktu. Karena statis jumlah variabel dari gejala alam
sebagai objek yang diamati juga relatif lebih sederhana dan sedikit.
b.
Objek Penelitian Bisa Berulang
Karena sifat gejala-gejala alam
fisikal-statis, penelitian dalam ilmu-ilmu alam tetap. Dengan sifat ini, objek
penelitian dalam ilmu-ilmu alam bisa bisa diamati secara berulang-ulang oleh
peneliti.
c.
Pengamatan Relatif Lebih Mudah dan
Simpel
Pengamatan dalam ilmu-ilmu alam
lebih mudah karena bisa dilakukan secara langsung dan bisa diulang kapanpun.
Kata mengamati dalam ilmu alam lebih luas dari sekedar interaksi langsung
dengan panca indera manusia, yang lingkup kemampuannya sangat terbatas. Untuk
mengatasi keterbatasan ini manusia menggunakan alat-alat bantu seperti mikroskop,
teleskop, dan sebagainya. Meskipun pengamatan dalam ilmu-ilmu alam dapat
dilakukan berulang-ulang, namun dimungkingkan juga akan memiliki hasil yang
berbeda tergantung dari cara pengamatan yang dipakai, meskipun secara umum
cenderung seragam atau positif.
d.
Subjek Pengamat (Peneliti) Lebih
sebagai Penonton
Prinsip pengamatan dalam ilmu-ilmu
alam adalah positif objektif, artinya kebenarannya disimpulkan berdasarkan
objek yang diamati. Dalam pandangan Henry Margenau, prinsip objektif ini
menempatkan posisi ilmuwan alam lebih sebagai the cosmic spectator daripada
the cosmic spectale. Ilmuwan alam adalah penonton alam, dia hanya
mengamati alam dan kemudian memperlihatkan kepada orang lain hasil
pengamatannya, di mana sedikitpun ia tidak melibatkan subjektivitasnya, tetapi
sekedar menunjukan hasil tontonannya.
e.
Memiliki Daya Prediktif yang Relatif
Lebih Mudah Dikontrol
Ilmu-ilmu alam sudah barang tentu
tidak akan menarik apabila sebatas mengumpulkan informasi tentang gejala-gejala
alam semata kemudian membangun teori, melainkan gejala-gejala alam yang
diketahui dan dirumuskan dalam teori-teori itu bisa digunakan untuk
memprediksikan kejadian-kejadian yang dimungkingkan akan timbul dari
gejala-gejala tersebut.
C.
Ilmu
Pengetahuan Sosial-Humaniora
1.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu
sosial (Inggris:social
science) atau ilmu
pengetahuan sosial (Inggris:social
studies) adalah sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek
yang berhubungan dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini
berbeda dengan seni dan humaniora karena menekankan penggunaan metode
ilmiah dalam mempelajari
manusia, termasuk metoda kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk
menggambarkan penelitian dengan cakupan yang luas dalam berbagai lapangan
meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa kini dan masa lalu. Berbeda
dengan ilmu sosial secara umum, IPS tidak memusatkan diri pada satu topik
secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas terhadap masyarakat.
Ilmu
sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif,
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang
ilmiah bila dibanding dengan ilmu alam.
Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak menggunakan
metoda kuantitatif. Demikian pula, pendekatan interdisiplin dan lintas-disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan
lingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam
tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metoda kuantitatif dan
kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang tindakan
manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Karena
sifatnya yang berupa penyederhanaan dari ilmu-ilmu sosial, di Indonesia IPS dijadikan sebagai mata pelajaran untuk siswa sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP/SLTP). Sedangkan untuk tingkat di
atasnya, mulai dari sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan perguruan
tinggi, ilmu sosial dipelajari berdasarkan cabang-cabang dalam ilmu
tersebut khususnya jurusan atau fakultas yang memfokuskan diri dalam
mempelajari hal tersebut.
a)
Cabang
Ilmu Pengetahuan Sosial
·
Antropologi,
yang mempelajari manusia pada umumnya, dan khususnya antropologi budaya,
yang mempelajari segi kebudayaan
masyarakat
·
Geografi,
yang mempelajari lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan manusia
di atas permukaan bumi
·
Pendidikan,
yang mempelajari masalah yang berkaitan dengan belajar, pembelajaran, serta
pembentukan karakter dan moral
b)
Ruang
Lingkup Pengetahuan Sosial
i.
Sistem sosial
dan budayaManusia, tempat, dan lingkungan
ii.
Perilaku ekonomi
dan kesejahteraan
iii.
Waktu,
keterlanjutan, dan perubahan
iv.
Sistem berbangsa
dan bernegara.
2.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Humaniora
Menurut
bahasa latin, humaniora disebut artes liberales yaitu studi tentang
kemanusiaan. Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, humaniora disebut dengan
trivium, yaitu logika, retorika dan gramatika. Pada hakikatnya humaniora
adalah ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup
etika, logika, estetika, pendidikan pancasila, pendidikan kewarganegaraan,
agama dan fenomenologi.
3.
Cara
Kerja Ilmu Pengetahuan Sosial-Humaniora
Berbeda dengan ilmu alam, ilmu
sosial humaniora berkembang lebih kemudian dan perkembangannya tidak sepesat
ilmu alam. Hal ini karena objek kajian ilmu sosial humaniora tidak sekedar
sebatasfisikdan material tetapi lebih dibalik fisik dan material dan bersifat
abstak dan psikologis.
Diliha dari sifat objeknya, cara
kerja ilmu sosial humaniora bisa dirangkum dalam prinsip-prinsip berikut:
a.
Gejala Sosial Humaniora Bersifat Non
Fisik, Hidup, dan Dinamis
Gejala-gejala yang diamati dalam
ilmu sosial humaniora bersifat hidup dan bergerak secara dinamis. Objek studi
ilmu sosial humaniora adalah manusia yang lebih spesifik lagi pada aspek
sebelah dalam.
b.
Objek Penelitian Tidak Bisa Berulang
Gejala-gejala
sosial humaniora memiliki keunikan-keunikan dan kemungkinan bergerak dan
berubahnya sangat besar, karena mereka tidak stagnan dan tidak statis. Masalah
sosial dan kemanusiaan sering bersifat sangat spesifik dalam konteks historis
tertentu. Kejadian sosial mungkin yang dulu pernah terjadi barangkali secara
mirip bisa terulang dalam masa sekarang atau nanti. Dengan demikian
gejala-gejala sosial humaniora cenderung tidak bisa ditelaah secara
berulang-ulang, karena gejala-gejala tersebut bergerak seiring dengan dinamika
konteks historisnya.
c.
Pengamatan Relatif Lebih Sulit dan
Kompleks
Karena yang diamati oleh ilmu sosial
humaniora adalah apa yang dibalik penampakan fisik dari manusia dan
bentuk-bentuk hubungan sosial mereka. Misalnya melihat seseorang tersenyum pada
orang lain adalah hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari, tetapi makna
senyum itu bisa bermakna banyak, bisa jadi dia senang pada orang yang
dilihatnya, boleh jadi dia tidak suka tetapi terpaksa tersenyum karena dia
tidak ingin kelihatan sebagai orang yang tidak baik dimata orang-orang
disekitarnya, dan bisa juga tersenyum karena orang yang dilihatnya lucu dan
aneh. Oleh karena itu variabel dalam penelaah sosial humaniora relatif lebih
banyak dan kompleks serta kadang-kadang membingungkan.
d.
Subjek Pengamat juga sebagai Bagian
Integral dari Objek yang Diamati
Dalam ilmu sosial humaniora karena
subjek yang mengamati dan objek yang diamati adalah manusia yang memiliki motif
dan tujuan dalam setiap langkah lakunya, maka subjek yang mengamati tidak
mungkin bisa mengambil jarak dari objek yang diamati dan menerapkan prinsip
objektivistik, dan tampaknya lebih condong ke prinsip subjektivistik. Karena
subjek yang mengamati adalah manusia yang memiliki kecendrungan nilai tertentu
tentang hidup maka ia menjadi bagian integral dari objek yang diamati yang juga
manusia itu.
e. Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Sulit dan Tak
Terkontrol
Suatu teori sebagai hasil pengamatan
sosial humaniora tidak serta merta bisa dengan mudah untuk memprediksikan
kejadian sosial humaniora berikutnya pasti akan terjadi. Hal ini dikarenakan
dalam ilmu sosial humaniora, pola-pola perilaku sosial humaniora yang sama
belum tentu akan mengakibatkan kejadian yang sama.
D.
Ilmu
Pengetahuan Agama
1.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Agama
Pengetahuan
agama yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya.
Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan agama mengandung beberapa hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara
berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan
cara berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut dengan
hubungan horizontal.
2.
Cara
Kerja Ilmu Pengetahuan Agama
Ilmu-ilmu agama adalah juga suatu
disiplin ilmu yang penting dalam kehidupan manusi. Barangkali ia berkembang
sejak jaman dulu ketika manusia dihadapkan pada kekuatan-kekuatan adikodrati
yang dia alami dalam hidupnya. Oleh karena itu, ilmu-ilmu agama juga memiliki
cirri ilmiah, dan sudah pasti ciri ilmiahnya memiliki kekhasan dibandingkan
ilmu alam dan ilmu sosial humaniora, meski dalam tingkatan tertentu menunjukkan
suatu kesamaan. Cara keraja ilmu agama di bawah ini:
a.
Gejala Keagamaan sebagai Ekspresi
Keimanan dan Pemahaman atas Teks Suci
Gejala keagamaan jelas tampak pada
perilaku-perilaku keagamaan orang beragama, dan pada karya-karya seni dan
budaya meski intinya juga ekspresi dari penghayatan keagamaan orang beragama.
Gejala keagamaan merupakan sesuatu yang bergerak, tidak statis. Dalam ilmu
keagamaan, gejala keagamaan selalu merupakan ekspresi dari keimanan dan
pemahaman dari keagamaan.
Objek kajian dalam ilmu agama tidak
jauh beda dengan objek ilmu sosial humaniora, yaitu manusia. Tetapi dalam ilmu
agama lebih spesifik lagi yang dikaji, yakni manusia beragama dan lebih fokus
pada inner worldnya yang sudah pasti yang dimaksud di sini adalah aspek
keimanan teologisnya, seperti paham ketuhanannya dan implikasinya pada perilaku
sosial kemanusiaannya, dan pemahaman keagamaan yang dibangun oleh manusia
beragama.
b.
Objek Penelitian Unik dan Tak Bisa
Diulang
Objek penelitian unik karena
menyangkut keyakinan keagamaan. Keyakinan keagamaan dalam ilmu agama dijadikan
sumber pengamatan mengapa muncul perilaku sosial orang tertentu beragama. Ini
berarti yang menjadi objek penelitian ilmu-ilmu agama adalah menyangkut
perilaku orang yang beragama dan juga teks-teks suci keagamaan yang diyakini
orang beragama. Sebagaimana tercermin dalam perilaku keagamaan orang beragama
pada kurun waktu dan tempat tertentu tidak mungkin bisa direkonstruksikan orang
sesudahnya persis kejadian pada awalnya. Jelas berbeda dengan mengamati
benda-benda mati.
c.
Pengamatan Sulit dan Kompleks dengan
Interpretasi Teks-teks Suci Keagamaan
Pengamatan
dalam ilmu agama sulit dan kompleks, karena melihat dan memaknai apa yang ada
dibalik kegiatan dan perilaku fisik dan empiris manusia beragama. Karena
kegiatan tersebut adalah bentuk ekspresif dari keimanan mereka pada Tuhan
sebagai hasil pemahaman mereka terhadap teks-teks suci yang diyakini ,
pengamatan dalam ilmu agama juga harus “menyelami” dan menginterpretasikan
item-item dalam teks-teks suci terkait dengan fenomena kegiatan dan perilaku manusia
beragam yang bisa ditangkap.
d.
Subjek Pengamat juga sebagai Bagian
Integral dari Objek yang Diamati
Pengamat
dalam ilmu agama tidak bisa dilepaskan dan merupakan bagian integral dari objek
yang diamati adalah aktivitas-aktivitas keagamaan. Bahkan ketika mengkaji
teks-teks keagamaan hasil interpretasi atas teks-teks suci, seorang pengamat
pasti juga terlibat secara emosonal dan rasinal dalam memahami dan menyimpulkan
makna mereka.
e. Memiliki Daya Prediktif yang Relatif Lebih Sulit dan Tak
Terkontrol
Sebuah teori sebagai hasil
pengamatan terhadap aktivitas-aktivitas keagamaan tidak serta merta bisa dengan
mudah meramalkan aktivitas-aktifitas keagamaan lainnya yang akan terjadi. Hal
ini dikarenakan dalam ilmu agama, pola-pola perilaku keagamaan yang sama belum
tentu akan mengakibatkan kejadian-kejadian berikutnya yang sama. Meski
demikian, bukan berarti hasil temuan dalam ilmu agama tidak bisa dipakai sama
sekali untuk meramalkan kejadian-kejadian yang bersifat religius lain sebagai
akibatnya dalam waktu dan tempat yang berlainan, tetap bisa tetapi tidak
mungkin sepasti dan semudah dalam ilmu-ilmu alam. Dalam ilmu agama harus
dipertimbangkan keragaman dan pemahaman orang-orang beragama terhadap ajaran
agama mereka, dan hal ini menambah daya prediktif ilmu-ilmu agama semakin sulit
untuk dipastikan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Sangat jelas seperti yang dijelaskan di atas bahwa setiap
disiplin ilmu mempunyai cara kerja yang berbeda antara yang satu dengan yang
lain, perbedaan itu bisa dilihat dari objek yang diamati dan kebenarannya dalam
mengkaji objek kajian tersebut.
Dalam ilmu alam, objek yang dikaji adalah benda mati yang
mana pengamatannya bisa dilakukan berulang-ulang dan kebenarannya bisa dilihat
pada sebuah penelitian yang dilakukan. Berbeda dengan ilmu sosial humaniora,
karena objek yang dikaji adalah manusia yang mana bisa berubah-ubah dalam
setiap waktunya, sehingga kebenarannya tidak hanya bisa dilihat dari sebuah
pengamatan karena manusia sendiri sebagai objek kajian dalam ilmu sosial
humaniora dalam melakukan aktivitasnya mempunyai arti yang bervariasi, sehingga
hasil pengamatannya menghasilkan beberapa hasil yang bervariasi juga. Berbeda
pula dengan ilmu agama, yang dikaji dalam ilmu agama adalah melihat dan
memaknai apa yang ada dibalik kegiatan dan perilaku fisik dan empiris manusia
beragama. Karena kegiatan tersebut adalah bentuk ekspresif dari keimanan mereka
pada Tuhan. Oleh karena itu hasil pengamatannya sulit untuk dipastikan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber
Buku:
Verhaak, C.
Dan Haryono Imam. 1997. Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gramedia.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat
Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta.
Filsafat Ilmu.,2005.
Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta.
Drs.
Sudarto.1996. Metodologi Penelitian Filsafat.,Raja Grafindo
Persada-Jakarta.
Sumber
Internet:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar